chat

Minggu, 05 Desember 2010

real story

aku mempunyai banyak sekali sahabat. Bagaimana pun juga, hidup memang berliku-liku jalannya seperti gunung.

Di sekolahku, banyak anak-anak yang bersahabatan denganku. gak cowok, gak cewek. semuanya rata-rata sahabatku. Mungkin karena aku mudah bergaul. Aku ini orangnya tegas, menurutku seperti papaku. Aku keturunan batak, mungkin sifat orang batak seperti itu. Tapi, aku tidak gampang menyerah. Kalau aku mau sesuatu, jangan bilang itu tidak akan terjadi. Sesuatu yang aku rencanakan pasti terjadi, Itu sifatku. 

okay, kita masuk ke cerita

Kelasku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk acara natal nanti. Aku seorang anak tambourine. Jadi, aku mengajari mereka gaya-gaya untuk acara natal. Natal akan tampil break dance, band, tambourine dan drama. Pada suatu saat aku mengajari tambourine, aku berusaha untuk sabar menghadapi teman-temanku yang belum bisa. Nah temanku yang satu ini belum bisa, aku ajarkan lagi. Aku menanyakan hal ini kepada teman-temanku. Apakah gayanya mau diganti? mereka semua jawab "gaak maaaaaaaaauuuuuuuuuuuuu, soalnya udh hafal yang itu masa diganti lagiiiiiiiiiiii........" temanku yang belum bisa ini mulai menjauh dan merasa minder karena belum bisa ( mungkin ). Temanku yang satu ini bilang kpd teman-teman yang lain bahwa dia gak mau ikut tambourine tapi aku belum tau soal hal itu. Tiba-tiba dia keluar tanpa sepengetahuanku. Aku mencarinya. Teman-temanku berkata, dia takut sama aku. Karena aku salah ngomong mungkin ke dia. Tanggapannya sangat beda sekali denganku. Teman-temanku yang lainnya mencoba untuk menghiburnya. Aku tidak ada kesempatan untuk menghiburnya. Aku mulai berpikir bahwa omonganku salah. Mungkin tanggapannya beda sama aku. Aku sangat merasa bersalah.Aku harus meminta maaf kepadanya, pikirku dalam hati sepulang sekolah. Akhirnya aku membelikan sesuatu untuknya dan aku meminta maaf kepadanya lewat surat. Aku tidak tau apa tanggapannya.
Kalian tau mengapa aku bercerita seperti ini ?
Karena aku ingin kalian tidak seperti aku.
Apa yang dapat kita pelajari dari cerita ini ?
Kita tidak boleh asal ngomong aja. Guruku selalu ngomong bahwa omongan itu seperti panah. panah diarahkan ke sasaran. Jika panahnya menceng, sudah tidak bisa di ulang lagi. Karena masih ada bekasnya. Orang yang luka jatuh itu sakitnya sebentar dan dapat diobati. Kalau luka dihati, itu susah hilang dan susah diobati. Maka dari itulah, kita harus menjaga omongan kita. sekali kita ngomong yang menyakiti hati orang, kita perlu mengobati hatinya. Dan sekali kita ngomong yang menyakiti hati orang itu dosa dan ada akibatnya. Terimalah akibat itu. Karena apa yang kita tabur, itu yang kita tuai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar